LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
PERCOBAAN VI
PEMBUATAN
GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
![]() |
OLEH:
NAMA : ROSIDA
STAMBUK : A1C4 14035
ASISTEN PEMBIMBING : LM. ZULFAHRIN UZ, S.Pd
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Zat padat dapat dibedakan antara zat padat
kristal dan amorf. Atom atau molekul penyusun kristal memiliki struktur tetap
(tetapi dalam amorf tidak) dan titik leburnya pasti. Zat padat memiliki volume
dan bentuk tetap. Ini disebabkan karena molekul-molekul dalam zat padat
menduduki tempat yang gelap dalam kristal. Molekul-molekul zat padat juga
mengalami gerakan namun sangat terbatas (Day
& Underwood, 1999). Garam merupakan salah satu zat padat yang berbentuk kristal.
Suatu garam yang terbentuk melalui kristalisasi dari campuran sejumlah ekivalen
dua atau lebih garam tertentu disebut garam rangkap. Sedangkan garam-garam yang
mengandung ion-ion kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam
kompleks. Garam kompleks ini berbeda
dengan garam rangkap. Garam rangkap terbentuk dari dua garam yang mengkristal
secara bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu. Garam-garam ini
memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam
komponennya.
Garam rangkap memiliki struktur molekul
lebih panjang dibandingkan dengan struktur garam kompleks. Larutan garam rangkap
merupakan campuran berupa ion sederhana yang akan mengion bila dilarutkan lagi.
Jelas berbeda dengan garam kompleks yang menghasilkan ion kompleks apabila
dalam bentuk larutan.
Salah satu contoh
garam rangkap yaitu FeSO4(NH4)SO4.6H2O
dan K2SO4Al2(SO4)3.24H2O.
Garam ini dalam larutannya merupakan campuran rupa-rupa ion sederhana yang akan
mengion jika dilarutkan lagi. Jadi, jelas berbeda
dengan garam kompleks yang menghasilkan ion-ion kompleks dalam larutan. Semua
garam-garam tersebut terbentuk melalui pencampuran (larutan pekat panas dari
komponen sulfat), lalu didinginkan. Kristal-kristal alumi, yang mengendap
akibat kelarutannya rendah dalam air dingin, dapat dimurnikan lewat
kristalisasi karena kelarutannya meningkat secara mencolok dengan meningkatnya
suhu. Kristal-kristalnya biasanya berbentuk octahedral (Day & Underwood,
1999).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan percobaan
pembuatan garam rangkap dan garam kompleks.
B.
Tujuan
Praktikum
Tujuan praktikum ini yaitu memahami dan
mempelajari sifat dan pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat heksahidrat dan garam
kompleks tetraammin tembaga (II) sulfat monohidrat.
C. Manfaat Praktikum
Praktikum ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa yaitu dapat memahami dan
mempelajari sifat dan pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garm kompleks
tetraammin tembaga (II) sulfat monohidrat.
D. Prinsip Dasar
Percobaan ini didasarkan pada pembentukan garam
rangkap dan garam kompleks dari larutannya dengan mengikat sebagian molekul air
sebagai hidrat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks
merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logam yang berikatan dengan ligan secara
kovalen koordinasi. Ikatan koordinasi merupakan ikatan kovalen dimana ligan
memberikan sepasang elektronnya pada ion logam untuk berikatan. Ikatan tersebut
terjadi ketika ion logam yang menjadi atom pusat, menyediakan orbital kosong
bagi pasangan elektron ligan untuk berkoordinasi (Elmila & Martak, 2010).
Ion logam-logam transisi membentuk kompleks
koordinasi dalam larutan atau dalam zat padat terdiri dari ion logam yang
dikelilingi oleh kelompok anion atau molekul netral yang disebut dengan ligan.
Interaksi ini melibatkan pembagian pasangan elektron bebas ion logam dan
molekul ligan yang memberikan ikatan kovalen parsial dengan ligan tersebut. Ion
kompleks tersebut memiliki warna gelap, bila direaksikan dengan ammonia kristal putih kehijauan CuSO4
menjadi kristal padat biru tua dengan rumus kimia Cu(NH3)4SO4.
Anion-anion dalam zat padat masih merupakan ion sulfat, tetapi kation-kationnya
adalah ion kompleks atau kompleks koordinasi dengan ion pusat Cu2+
dengan empat molekul ammonia (Oxtoby, 1986).
B. Ion Ammonium
Ion-ion ammonium diturunkan dari amonia dan ion
hidrogen. Ciri-ciri ion amonia serupa dengan ion logam-logam alkali. Amonia amalgam dapat dibuat dengan elektrolisis memakai katode dari merkurium. Amonia amalgam ini memiliki sifat
serupa dengan amalgam dari natrium dan kalium. Garam-garam amonium adalah
senyawa-senyawa yang larut dalam air, dengan membentuk larutan yang tak
berwarna (Setiono dan Pudjaatmaka, 1985).
Ion ammoniuum (NH4+)
sering ditemukan dalam level rendah dang tinggi
(ppm) di air sebagai hasil polusi dari pembuangan air kecil manusia.
Untuk kesehatan manusia, makanan yang terkontaminasi ammonium akan menyebabkan
korosi pada dinding mulut, esofagus, dan perut. Ion (NH4+)
dalam darah merupakan indikator kuat dari ketidaknormalan homositas nitrogen
yang menunjukan kerusakan hati (Ling dkk, 2011).
“Ammonium (NH4+) ion is often found at low levels
(at ppm) or higher levels in natural waters as a result from the pollution by
sewage. For human health, ingestion of NH4+
contaminated food may result in corrosion of mouth lining, esophagus and
stomach. An elevated NH4+ blood
level is considered a strong indicator of an abnormality in nitrogen
homeostasis that related is to liver dysfunction” (Ling dkk, 2011).
C. Kristal CuSO4.5H2O
Kristal
CuSO4.5H2O merupakan salah satu bahan
yang banyak dibutuhkan di industri. Pemanfaatan dari CuSO4.5H2O
ini sangat luas. Diantaranya yaitu sebagai fungisida yang merupakan
pestisida yang secara spesifik membunuh atau menghambat
cendawan akibat penyakit, reagen analisa kimia, sintesis
senyawa organik, pelapisan anti fokling pada kapal, sebagai
kabel tembaga, elektromagnet, papan sirkuit, solder bebas
timbal, dan magneton dalam oven microwave. Kristal CuSO4.5H2O
berupa padatan kristal biru ini dapat dibuat dengan
mereaksikan tembaga dengan asam sulfat dan asam nitrat
yang kemudian dipanaskan dan hingga terbentuk kristal. Tembaga banyak digunakan
pada berbagai barang elektronik, misalnya kabel, kumparan, dan lain-lain. Logam
tembaga pada barang-barang tersebut mengandung kadar tembaga yang cukup tinggi
(Fitrony dkk, 2013).
Cu(I) maupun Cu(II) adalah spesies ion
stabil dalam larutan netral dan larutan alkali
tanpa agen pengompleks NH3 atau CN-, denga penambahan ammonia berlebih, tembaga
dapat membentuk ion yang stabil sebagai
Cu(NH3)2+ and Cu(NH3)42+.
Bilangan oksidasi reduksi dari reaksi Cu(II)/Cu(I) dan Cu(I)/Cu.
Potensial oksidasi reduksi Cu(NH3)42+/Cu(NH3)2 lebih besar dari Cu(NH3)2+/Cu, dimana Cu(NH3)2+ berperan sebagai agen pengoksidasi.
Potensial oksidasi reduksi Cu(I)/Cu lebih besar dari hidrogen, dimana Cu(I)
dapat direduksi menjadi logam tembaga (Koyama, et
all, 2006).
“Cu(I) nor Cu(II) are stable ionic species in neutral and alkaline
solutions without complexing agents, NH3 or CN-. In the
presence of excess ammonia, however, Cu(I) and Cu(II) are stable as Cu(NH3)2+
and Cu(NH3)42+ in neutral and alkaline
solutions, respectively. The oxidation reduction reactions of
Cu(II)/Cu(I) and Cu(I)/Cu. The oxidation-reduction potential of Cu(NH3)42+/Cu(NH3)2+is
greater than that of Cu(NH3)2+/Cu, which
indicates that Cu(NH3)2+can work as an
oxidizing agent for metallic copper in an ammoniacal alkaline solution. Also,
the oxidation-reduction potential of Cu(I)/Cu is greater than that of hydrogen
evolution (eq. (1)), which indicates that Cu(I) can be preferentially reduced
to metallic copper”
(Koyama, et
all, 2006).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tenpat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 8 November 2016, Pukul 13:30 WITA. Bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu tabung
reaksi besar dan kecil, gelas ukur 100 mL, gelas arloji, pipet skala 1 mL, pipet
skala 5 mL, erlenmeyer 100 mL, batang pengaduk, pemanas, corong pisah, pompa vakum, filler dan kertas
saring.
2. Bahan
Bahan yang
digunakan pada percobaan ini yaitu kristal CuSO4.5H2O,
kristal (NH4)2SO4, etil alkohol, larutan
ammonia 6 M, larutan ammonia 15 M, CuSO4 anhidrat dan aquades.
C. Prosedur Kerja
1. Pembuatan
garam rangkap kristal kupri ammonium sulfat heksahidrat
a. Dilarutan 2,495 gram CuSO4.5H2O dan 1,32 gram ammonium sulfat, dengan
10 mL aquades dalam gelas kimia 100 mL. Dipanaskan secara
perlahan – lahan sampai semua garam larut sempurna.
b. Larutan tersebut dibiarkan hingga dingin
pada temperatur kamar sampai terbentuk kristal.
c. Pendinginan campuran dilanjutkan dengan
water bath, kemudian didekantir untuk memisahkan kristal dari larutan.
d.
Kristal
dikeringkan dalam kertas saring.
e.
Kristal
ditimbang.
2.
Pembuatan
garam kompleks tetraamin copper (II) sulfat monohidrat
a. 4
mL larutan ammonia 15 M dimasukkan dan diencerkan dengan 2,5 mL aquades dalam
cawan penguapan.
b. Ditimbang
2,495 gram CuSO4.5H2O
dan ditambahkan kristal tersebut kedalam ammonia serta diaduk sampai semua
kristal larut sempurna.
c. Ditambahkan
8 mL etil alkohol secara perlahan–lahan melalui dinding gelas kimia sehingga
larutan tertutupi alkohol.
d. Didiamkan
selama satu malam dan diaduk pelan–pelan untuk mengendapkan secara sempurna.
Pisahkan kristal yang terbentuk dengan didekantasi. Dipindahkan kristal dalam
corong dan dicuci dengan 5 mL ammonia 15 M, kemudian dicuci dengan 5 mL etil alkohol dan dikeringkan.
e. Ditimbang
kristal kering yang dihasilkan.
3. Perbandingan
beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap, dan garam kompleks
a. Ditempatkan
1 mL kristal kupri sulfat anhidrat kedalam tabung tes kering (tabung reaksi
kecil) dan
ditambahkan 5 mL aquades. Kemudian ditambahkan larutan ammonia 6 M tetes demi
setetes.
b. 1
gram garam rangkap hasil percobaan bagian I dimasukkan dalam tabung reaksi
besar dan ditambahkan 5 mL aquades.
c. 1
gram garam kompleks hasil percobaan bagian II dimasukkan dalam tabung reaksi
besar dan ditambahkan 5 mL aquades.
d. Dibandingkan
warnanya.
e. Ditempatkan
1 gram garam kering hasil percobaan bagian 1 dan II dalam tabung reaksi yang
berbeda dan dipanaskan pelan–pelan diatas bunsen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Data
Hasil Praktikum
1. Pembuatan
Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat Heksahidrat
Tabel 1.
Pembuatan Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat Heksahidrat
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
2,495
gram CuSO4.5H2O + 1,32
gram(NH4)2SO4+ 10 mL aquades
|
Larutan berwarna biru
|
2.
|
Dibiarkan larutan selama semalam pada temperatur
kamar
|
Terbentuk kristal warna biru bening
|
3.
|
Kristal disaring menggunakan corong
buchner
|
Krital terpisah dari larutan
|
4.
|
Kristal dikeringkan dalam pemanas
|
Kristal terpisah dari sisa
larutan
|
5.
|
Kristal ditimbang
|
1,3653 gram
|
2. Pembuatan
Garam Kompleks Tetraammin Copper (II) Sulfat Monohidrat
Tabel 2. Pembuatan Garam Kompleks Tetraammin
Copper (II) Sulfat Monohidrat
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
4 mL NH3 15 M + 3
mL aquades
|
Larutan bening
|
2.
|
Larutan ammonia + 2.495 gram CuSO4.5H2O
|
Larutan berwarna biru tua
|
3.
|
Ditambahkan 8 mL etil alkohol
|
Terbentuk 2 lapisan
|
4.
|
Didiamkan selama semalam
|
Terbentuk kristal warna ungu
|
5.
|
Kristal disaring
|
Kristal terpisah dari larutan
|
6.
|
Kristal + 5 mL etil alkohol + 5 mL
ammonia 15 M
|
Kristal berwarna ungu
|
7.
|
Kristal ditimbang
|
2,275 gram
|
3.
Perbandingan sifat
garam tunggal, garam rangkap, dan garam kompleks
Tabel 3. Perbandingan sifat garam tunggal, garam
rangkap, dan garam kompleks
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
Garam rangkap percobaan I + 5 mL
aquades
|
Larutan berwarna biru
|
2.
|
Garam kompleks percobaan II + 5 mL
aquades
|
Larutan berwarna biru tua
|
3.
|
Larutan percobaan I + 20 mL aquades
|
Larutan berwarna biru
bening akibat penambahan air
|
4.
|
Larutan percobaan II + 20 mL aquades
|
Larutan berwarna biru muda
|
5.
|
Garam rangkap dipanaskan
|
Endapan biru
|
6.
|
Garam kompleks
dipanaskan
|
kristal berwarna biru dan melepaskan ammonia
|
1. Garam
rangkap
Berat kertas =
0,8947 gram
Berat kertas + garam =
2,275 gram
Berat garam rangkap =
(Berat kertas + garam) - Berat
kertas
=
2,26 – 0,8947
= 1,3653
gram
Massa CuSO4.5H2O =
2,495 gram
Mr CuSO4.5H2O =
249,5 gram
Mol CuSO4.5H2O =
=
= 0,01


Fraksi mol =
x 0,01 = 0,01

Mr Cu(NH4)2SO4.6H2O =
399,5 gram/mol
Massa teoritis =
fraksi mol x Mr
=
0,01 x 399,5 = 3,995 gram
% Kristal =
x100%

=
x
100% = 34,17 %

2. Garam
kompleks
Berat kertas =
0,8947 gram
Berat kertas + garam = 3,17 gram
Berat garam kompleks = (Berat kertas + garam) - Berat kertas
=
3,17 – 0,8947 = 2,275 gram
Massa CuSO4.5H2O = 2,495 gram
Mr CuSO4.5H2O =
249,5 gram
Mol CuSO4.5H2O =
=
= 0.01
gram


Fraksi mol =
x 0,01 = 0,01

Mr Cu(NH3)4SO4.H2O
=
245,5 gram
Massa teoritis =
fraksi mol x Mr
=
0,01 x 245,5 = 2,455 gram
% Kristal =
x100%

=
x
100% = 92,6%

1 mol CuSO4.5H2O
4
mol NH3

Mol NH3 =
mol CuSO4.5H2O

Mol NH3 =
x 0,01 = 0,0025 mol

3. Reaksi
kimia
Garam tunggal

Garam rangkap

Garam kompleks

B.
Pembahasan
Pembuatan
garam kompleks dan garam rangkap dilakukan untuk menghasilkan suatu garam
kompleks dengan tembaga dan ammonia pekat sebagai bahan utamanya untuk
membentuk suatu garam baru yang disebut tetraammin tembaga (II) sulfat
monohidrat. Sedangkan garam rangkap dengan tembaga dan ammonium sulfat sebagai
bahan utamanya untuk membentuk suatu garam baru yang disebut ammonium tembaga
(II) sulfat heksahidat. Perubahan warna yang terjadi dalam larutan garam
kompleks dipengaruhi karena adanya campuran dari ammonia.
Percobaan
pertama pada praktikum ini adalah pembuatan garam kompleks yang merupakan suatu
garam yang terbentuk karena ion atom pusat dan ligan saling mengkompleks
sehingga membentuk senyawa kompleks yang merupakan senyawa berwarna. Garam
kompleks yang akan dibuat dihasilkan dari mereaksikan antara garam CuSO4.5H2O
yang berwarna biru dengan larutan NH3 berwarna bening yang telah
diencerkan dengan aquades. Dari campuran kedua bahan ini dihasilkan larutan berwarna biru terang. Reaksi antara
senyawa-senyawa ini menyebabkan timbulnya gas yang menyengat. Bau menyengat
tersebut berasal dari larutan amoniak pekat. Larutan tersebut kemudian
ditetesi dengan hati-hati menggunakan etanol melalui dinding gelas kimia. Penetesan etanol melalui dinding gelas kimia tersebut dimaksudkan agar etanol tersebut benar-benar berada pada
permukaan dan tidak menyebabkan terjadinya pengadukan pada campuran.
Etanol adalah pelarut yang baik untuk senyawa ionik
karena tetapan dielektrik rendah dan mengurangi energi solvasi ion-ion. Etanol
tergolong sebagai pelarut yang volatil atau mudah menguap, sama halnya dengan
sifat alkohol lainnya. Oleh karena itu, pada percobaan ini setelah penambahan
etanol langsung dilakukan penutupan gelas kimia yang digunakan sebagai wadah
dalam mereaksikan larutan tersebut dengan menggunakan alumunium foil untuk
mengurangi penguapan selama proses pembentukkan kristal. Penambahan etanol mengahasilkan warna ungu pada larutan. Proses
pembentukan kristal garam kompleks ini sangat lambat sehingga larutan ini
didiamkan selama semalam dengan
tujuan agar pembentukkan kristal dapat terjadi secara lebih sempurna.
Endapan berupa kristal Cu(NH3)4SO4.H2O yang terbentuk kemudian disaring
sehingga diperoleh kristal yang berwarna biru bening, warna biru berasal dari Cu2+. Berat kristal Cu(NH3)4SO4.H2O yang terbentuk memiliki
massa 2,275 gram. Bila dibandingkan dengan massa teoritis kristal
sebesar 2,495 gram, maka diperoleh rendamen
kristal Cu(NH3)4SO4.H2O sebesar 92,6 %. Hasil ini menunjukkan bahwa kristal CuSO4.5H2O yang digunakkan sebagai bahan baku pembuatan garam ini hampir seluruhnya
membentuk garam kompleks.
Percobaan
selanjutnya yaitu garam rangkap, yang dibuat pada percobaan ini adalah ammonium
tembaga (II) sulfat heksahidrat yang terbentuk dari campuran garam sulfat dari
tembaga (II) dan ammonium. Warna dari CuSO4.5H2O adalah
biru dan (NH4)2SO4 adalah putih. Pencampuran dari kedua senyawa tersebut
menghasilkan larutan yang berwarna biru
tua. Warna biru berasal dari Cu2+. Setelah dibiarkan dalam 1 malam
garam mulai terbentuk. Garam rangkap yang di hasilkan berupa kristal berwarna
biru bening dengan berat 1,3653 gram. Warna biru dari kristal tersebut
menunjukan bahwa adanya ion Cu yang terikat dalam garam tersebut. Persen
rendemen yang diperoleh dalam pembuatan garam ini adalah 34,17 %. Persen
rendemen merupakan nilai perbandingan antara teori dan hasil praktek. Kecilnya
nilai rendemen ini menunjukkan bahwa dalam percobaan ini ada
kesalahan berupa ketidaktelitian praktikan dalam menimbang dan adanya
kemungkinan bahan baku (CuSO4.5H2O) yang digunakan tidak
murni lagi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan pada percobaan ini, maka dapat disimpulkan
bahwa proses pembuatan garam rangkap Cu(SO4)2(NH4)26H2O terbentuk dari CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4.
Kristal garam kupriammonium sulfat berupa
kristal monoklin berwarna biru bening seberat 1,3653 gram dengan % rendemen sebesar 34,17%. Garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O
terbentuk dari reaksi antara CuSO4.5H2O dan NH3. Kristal garam kompleks sebesar 2,275 gram dengan % rendemen
sebesar 92,6 %.
B. Saran
Saran
dalam praktikum ini sebaiknya praktikan mengasa ketelitian saat melakukan
penimbangan zat dan diharapkan pula pengontrolan terhadap kelayakan bahan-bahan
yang digunakan saat praktikum. Selain itu, praktikan diharapkan memiliki
pemahaman terkait apa yang akan dipraktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Day
& Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima.
Erlangga. Jakarta.
Elmila,
Izza & Fahimah Martak. 2011. “Peningkatan Sifat Magnetik Kompleks Polimer
Oksalat [N(C4H9)4][MnCr(C2O4)3]
dengan Menggunakan Kation Organik Tetrabutil Amonium”. Jurnal Prosiding Skripsi Kimia FMIPA. SK-091304.
Fitrony., Rizqy F., Lailatul Q., dan
Mahfud. 2013. Pembuatan
Kristal Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O)
dari Tembaga Bekas Kumparan. Jurnal Teknik Pomits 2(1).
Koyama, K., Mikiya T., and Jae-chun Lee. 2006. Copper
Leaching Behavior from Waste Printed Circuit Board in Ammoniacal Alkaline
Solution. Materials
Transactions 47(7).
Ling, Tan Ling.,
Ahmad, Musa., Heng, Lee Yook. 2011. Quantitative Determination of Ammonium Ion
in Aqueous Environment Using Riegler’s Solution and Artificial Neural Network. Sains Malaysiana 40(10).
Oxtoby, David W., H. P. Gillis dan
Norman H. Nachtrieb.1986. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi
Keempat Jilid I. Erlangga:
Jakarta.
Setiono, L., dan A. Hindayana
Pudjaatmaka.1985. Buku
Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima. PT.
Kalman Media Pustaka: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar